Dalam studi ini peneliti melakukan studi pada tikus, diharapkan studi ini juga berlaku pada semua mamalia termasuk manusia untuk membuat sel-sel otaknya tetap aktif sepanjang hidupnya. Obat ini membantu sel-sel yang masih bayi tetap bertahan hidup dan berkembang manjadi sel-sel otak yang fungsional.
"Kami membuat neuron baru setiap harinya di otak. Selain itu komponen yang ada dalam obat lebih memungkinkan sel-sel untuk bisa bertahan hidup," ujar Andrew Pieper dari University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas, seperti dikutip dari Reuters.
Senyawa ini disebut dengan P7C3 yang saat ini sedang diusahakan oleh para peneliti agar bisa lebih efektif. Peneliti mengungkapkan pil ini terbilang aman dan dapat bekerja dengan baik. Selain itu obat ini juga diduga bisa digunakan sebagai obat Alzheimer dan dapat menggantikan obat yang selama ini ada untuk Alzheimer.
"Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan versi yang lebih baik dalam perbaikan obat-obatan neuroprotective," ungkap peneliti. Hasil penelitian ini telah dilaporkan Pieper dalam journal Cell.
Dalam studi ini peneliti memberikan obat tersebut pada tikus, lalu membedah otaknya untuk melihat apakah tikus tersebut sudah membuat sel-sel baru di dalam hippocampus. Daerah di otak ini terkait dengan proses belajar serta memori.
Saat dibelah tersebut diketahui terdapat tiga kali jumlah neuron baru yang lahir di wilayah otak. Obat ini membuat turunan dari P7C3 yang disebut dengan A20 yang dapat bekerja lebih baik. Didapatkan tikus yang diberikan obat ini selama 2 bulan memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam hal memori dan cara belajarnya.
Target dari obat ini juga bisa mengobati Alzheimer dan penyakit lain yang mungkin bisa menghancurkan sel-sel otak seperti stroke dan penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig.
source : detik
